1). Bekerja Dengan Cerdas
Pertanyaan buat sahabat, Bekerja dengan keras, bila perlu lembur samapai larut malam? ATAU Bekerja dengan Cerdas, pulang tepat waktu tidak perlu lembur dan menghabiskan waktu? Tentu kita akan memilih Bekerja dengan Cerdas, efisiensi waktu, efisiensi tenaga dan juga hemat biaya, tapi hasil maksimal.
Bagaimana ya caranya??? Yuk kita telusuri bagaimana cara Bekerja Cerdas..!
Ada Beberapa Cara Bekerja Dengan Cerdas :
1. Bekerja Cerdas Dengan Kekuatan Management (Menejemen Power).
Jika Anda melakukan sesuatu pekerjaan, yang sebenarnya tidak memberikan nilai atau memiliki nilai rendah, maka itu adalah perbuatan yang bodoh. Jelas bukan bekerja cerdas. Untuk itulah Anda perlu benar-benar mengetahui apa saja yang sebenarnya harus atau perlu Anda lakukan dan apa saja yang sebenarnya tidak perlu Anda lakukan. Kemampuan Anda memilah pekerjaan bernilai atau tidak menunjukan kecerdasan Anda dalam bekerja.
Setelah Anda mengetahui apa yang harus Anda lakukan, kemudian Anda melakukan dengan cara terbaik. Melakukan dengan cara yang salah tentu saja perbuatan yang tidak cerdas. Melakukan dengan cara biasa, Anda masih belum bekerja cerdas. Anda harus melakukannya dengan cara yang terbaik. Inilah kerja cerdas.
2. Bekerja Cerdas Dengan Kekuatan Kreatifitas (Creativity Power).
Orang yang bekerja cerdas adalah mereka yang menggunakan kekuatan kreativitas dalam bekerja. Dengan kekuatan kreativitas mereka akan mampu menemukan ide-ide brilian baik ide-ide cara bekerja maupun ide-ide tentang tujuan.
Orang yang mampu bekerja dengan cepat dan hasil yang berkualitas karena mereka menemukan ide-ide tentang cara bekerja terbaik. Orang yang cerdas menyelesaikan setiap masalah karena mereka mampu menghasilkan ide-ide solusi. Orang yang dengan cerdas mendapatkan penemuan yang spektakuler, karena mereka mampu menghasil ide-ide inovatif. Bahkan, mereka yang mampu mencapai pencapai yang sulit, karena mereka mampu menghasilkan ide-ide cara meraih pencapaian tersebut.
3. Bekerja Cerdas Dengan Kekuatan Daya Ungkit (Leverage Power).
Mungkin Anda pernah melihat ada orang yang “biasa-biasa saja” tetapi mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Ya, sebab dia bekerja cerdas dengan menggunakan jurus daya ungkit. Jika Anda memahami dan mampu menggunakan kekuatan daya ungkit, maka Anda akan mampu memanfaatkan apa pun yang Anda miliki saat ini menjadi sesuatu yang luar biasa.
Dengan daya ungkit Anda akan mampu mencapai tujuan besar dengan modal seadanya. Dengan daya ungkit Anda bisa bekerja lebih sedikit tetapi hasil yang sebesar mungkin. Atau, Anda tetap bekerja keras, tetapi dengan hasil yang berkali lipat dibandingkan sebelumnya.
4. Bekerja Cerdas Dengan Mencari Jalan Pintas ( Finding Shortcut Power )
Jalan pintas di sini bukanlah dalam arti Anda menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan Anda. Tetapi mencoba untuk mencari cara lain untuk menyelesaikan tugas Anda dengan cara yang lebih efisien dan juga menghasilkan kualitas yang lebih baik.
5. Bekerja Cerdas Dengan Menggunakan sistem seefektif mungkin ( Effectiveness Power )
Gunakanlah sistem seefektif mungkin. Buat prioritas dalam mengelola kegiatan Anda. Pisahkanlah pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus dan pekerjaan yang bisa ditangani dengan cara yang biasa.
2). Hasil Ketekunan
Tetesan air hujan melubangi batu, bukan dengan kekuatan fisik yang kuat, namun dengan tetesan yang berulang-ulang. Itulah hasil dari sebuah ketekunan. Ketekunanlah yang bisa membuat seseorang meraih kesuksesan. Tidak ada yang bisa menggantikan ketekunan. Bakat tidak bisa, buktinya ribuan orang berbakat tidak menjadi siapa-siapa. Kejeniusan tidak bisa, ada banyak orang yang memiliki kejeniusan namun tidak semerta-merta menjadi orang sukses.
Ketekunan akan membentuk kita menjadi orang yang ulet dan kuat menghadapi kegagalan. Modal untuk mencapai kesuksesan hanya satu, ketekunan yang luar biasa walaupun berulang kali ia mengalami kegagalan.
Seperti apa ketekunan itu ? Ketekunan adalah konsisten dan kontinyu, artinya melakukan tindakan yang berulang-ulang sampai tujuannya tercapai. Orang yang memiliki ketekunan tidak akan berhenti, melainkan akan terus berusaha sampai apa yang diinginkannya benar-benar tercapai. Ketekunan adalah komitmen dan kesungguhan, artinya tidak cukup kita hanya melakukan hal yang berulang-ulang saja, melainkan kita harus melakukannya dengan penuh keseriusan, kesungguhan dan totalitas. Makna lain dari ketekunan adalah tidak mudah dipatahkan ketika menghadapi tantangan dan masalah. Untuk menggambarkannya kita bisa ambil contoh : Bagaimana kita menenggelamkan bola karet di sebuah kolam air. Saat bola karet tersebut ditekan kebawah, bola karet tersebut tidak tenggelam, melainkan akan muncul ke permukaan lagi. Semakin kuat bola karet tersebut ditekan ke bawah, semakin kuat juga bola karet tersebut muncul kepermukaan. Itu beberapa definisi tentang ketekunan. Apakah kita sudah memiliki ketekunan ? Ingatlah tidak ada yang bisa menggantikan tempat ketekunan untuk mencapai kesuksesan...
3). Menang Tanpa Pertempuran
Dalam ilmu perang, mengalahkan musuh dalam sebuah pertempuran adalah hal yang hebat. Namun ada sesuatu yang lebih hebat dari itu, yaitu menang tanpa peperangan. Menang tanpa harus mengalahkan pihak lain mungkin sebuah konsep yang tidak lazim. Namun itulah yang diajarkan ayah saya kepada saya, yaitu menang tanpa membuat pihak lain kalah. Bahkan kalaupun pihak lain menyerang kita dengan kejahatan, kita diajar untuk membalasnya dengan kebaikan. Akhir dari semua itu adalah kita semua sama-sama menang. Itulah konsep win-win solution, sebuah konsep yang mengajak kita menang tanpa melukai, untung tanpa merugikan, sukses tanpa menindas,... bahkan dapat menguntungkan kedua belah pihak tanpa merugikan diri kita dalam berbagai masalah.
Ada satu lagi ajaran yang pernah saya baca dari Lao Tzu (dikenal sebagai orang bijak pada zaman Tiongkok kuno). Ada perkataannya yang menarik "prajurit terbaik itu tidaklah menyerang. Petarung yang unggul itu sukses tanpa kekerasan. Penakluk terbesar itu menang tanpa pertempuran. Pemimpin paling sukses itu memimpin tanpa mendikte."
Sudahkah kita menerapkan prinsip win-win solution dalam segala aspek hidup kita ? Jujur saja, dalam dunia bisnis atau usaha ada begitu banyak cara dimainkan untuk meraih kemenangan. Banyak orang hanya fokus pada dirinya sendiri sehingga mereka berpikir yang penting dirinya menang, walaupun untuk meraih kemenangan itu menghalalkan segala cara, menggunakan cara-cara kotor, membuat pesaing babak belur dan sebagainya.
Kepuasan dan pencapaian kesuksesan terbesar dalam hidup adalah ketika kita mampu membawa diri kita dan orang lain berada di puncak kesuksesan. Namun mungkinkah kita sukses tanpa mengalahkan orang lain ? Jika kita fokus pada win-win solution maka kita selalu berpikir untuk mencari cara terbaik bagi kebaikan dan kesuksesan kita bersama.
4). Santai Saja
Sampai saat ini saya masih memiliki teman yang tidak dapat berenang. Saya ingat ketika masih duduk di bangku SMU dulu dan baru saja menyelesaikan acara kemah sekolah. Saya dan beberapa teman mencuci sebuah tenda tentara yang kami pinjam. Kami mencuci tenda tersebut di sebuah sungai yang dalam dan arusnya cukup deras. Karena terlalu asyik bercanda, tiba-tiba teman saya terseret arus dan otomatis tenggelam. Dalam kepanikan dia berteriak minta tolong sehingga dengan beberapa teman kami spontan berenang untuk menolongnya. Saya mendekati teman tersebut sambil menyuruhnya untuk santai dan tidak tegang sehingga tubuhnya dapat mengapung. Ia menurutinya dan tubuhnya pun mengapung sehingga dengan mudah kami membantunya untuk menarik ke tepi sungai.
Pengalaman berikutnya adalah ketika saya mengajak seorang teman untuk ikut donor darahdi PMI. Saya menyumbangkan sekantong darah. Namun teman saya tidak. Padahal secara kesehatan dia memenuhi syarat. Rupanya teman saya ketakutan saat melihat jarum suntik menusuk lengan saya dan darah mengalir menuju ke dalam kantong, akibatnya tekanan darahnya turun sehingga petugas PMI menolaknya.
Santai adalah sebuah tindakan yang sederhana namun berdampak besar ketika dilakukan, Ketika kita menghadapi berbagai persoalan dalam dunia usaha atau dalam kehidupan kita sebagian besar kita sangat tegang memikirkannya. Seumur hidup kita tidak mungkin bebas dari masalah, namun kita akan menemukan jalan keluarnya ketika kita lebih santai dalam menghadapinya.
Percaya atau tidak, kenyataannya banyak masalah bisa diselesaikan hanya dengan syarat kita mau meluangkan waktu untuk menenangkan pikiran. Saat kita tenang kita lebih cepat dapat menguasai hati dan pikiran. Jadi cobalah santai....
5). Blue Ocean Strategy
Menciptakan ruang pasar tanpa pesaing dan membiarkan kompetisi menjadi tidak relevan, begitulah yang hendak disampaikan W. Chan Kim dan Renee Mauborgne dalam bukunya Blue Ocean Strategi. Perusahaan selalu mengejar pertumbuhan yang langgeng dan menguntungkan melalui pertarungan dan perebutan pangsa pasar demi keunggulan kompetitif dan penciptaan differensiasi. Hal ini pada akhirnya hanya menghasilkan red ocean, yaitu prilaku perusahaan untuk saling mengalahkan demi mendapatkan pangsa pasar dalam ruang pasar yang telah terdefinisi dan diterima dengan aturan-aturan persaingan yang sudah diketahui.
Sebaliknya, blue ocean adalah sebuah teknik agar perusahaan dapat menciptakan ruang pasar baru yang belum terjelajahi (belum ada pesainganya) dengan memperluas batasan-batasan industri yang sudah ada sehingga kompetisi tidak relevan lagi karena aturan permainannya baru diciptakan.
Selama ini saya berpegang pada buku Sun Tzu Perang dan Manajemen karangan We Chow-Hou, Lee Khai Sheang dan Bambang Waluyo Hidajat. Tetapi setelah membaca buku Blue Ocean Strategy, terasa bahwa strategi samudera biru lebih membumi dibandingkan strategi Sun Tzu.Strategi perusahaan secara umum saat ini memang berakar dari strategi militer, yaitu strategi yang menjelaskan bagaimana caranya melawan/menghadapi musuh, memperebutkan sepetak tanah dengan luas yang terbatas dan berjumlah tetap, padahal pasar tidak pernah konstan! Artinya, perusahaan yang menjalankan strategi militer menerima faktor yang menjadi pehambat utama dalam perang yaitu, keterbatasan daerah dan perlunya mengalahkan musuh untuk bisa berhasil. Samudera biru justru memanfaatkan kelebihan khas dari dunia bisnis, yaitu kemampuan menciptakan ruang pasar baru yang belum ada pesaingnya.
Over View
Krisis Financial Global
Krisis
financial yang melanda Amerika yang diawali dengan kejatuhan Lehman
& Brother semakin luas dampaknya secara global, kalangan bisnis
sempat terhenyak kaget bagaimana mungkin Lehman Brothers yang semula
begitu bergengsi dan sudah berdiri sejak tahun 1850, akhirnya jatuh
dengan dramatis, dalam situasi terakhir diberitakan bagaimana dampaknya
yang terus meluas, di Eropa deretan bank banyak yang menjadi korban
sehingga pemerintah di eropa harus turun tangan untuk menangani dan
menolong masalah perbankan yang terjadi dinegerinya masing-masing.
Pemerintah
Belgia,Luksemburg dan Belanda memutuskan menstabilkan fortis group
dengan menyediakan dana modal 11,2 miliar euro atau sekitar Rp 155,8
triliun (28/09/08). Fortis adalah bank kedua yang terbesar di Belanda
dan perusahaan swasta terbesar di belgia dengan jumlah karyawan 85.000
di seluruh dunia termasuk Indonesia, tetapi lebih jauh lagi akankah
krisis global ini akan berdampak ke Perekonomian nasional kita, dalam
minggu lalu Jumat tgl 10 oktober kurs rupiah menyentuh angka 10.300 Ru
piah per 1 USD, Indeks harga saham gabungan jeblok hingga 183,768 poin
(6/10/08), dan Bursa Efek sempat ditutup beberapa hari, serta terakhir
harga CPO
(Crude Palm Oil) yang menjadi salah satu andalan komoditi kita turun
drastis (1200 USD/Ton dari 1300 USD/Ton pada akhir Juli 2008) .Akankah
Indonesia diambang krisis ekonomi part 2 seperti yang terjadi di tahun
1997.
Dari
kondisi Global dan Nasional seperti ini bagaimanakah kondisi pasar
kita, strategy marketing seperti apakah yang perlu dipergunakan untuk
mengatasi atau mensiasati kondisi yang pasar yang tidak menentu ini,
dimana terjadi kemungkinan daya beli menurun, Penyusutan market size dan sebagainya.
Marketing Strategy
Segmentasi,Targeting dan Positioning
Melihat kondisi tersebut maka tantangan kita yang paling utama adalah bagaimana kita melihat Market kita secara lebih kreatif, melihat peluang yang ada, melihat ceruk pasar yang belum tergarap, Melakukan inovasi tentang Bagaimana Membidik pasar secara tepat, bagaimana kita memposisikan Produk kita agar sesuai dengan segmen pasar yang kita pilih ,dan differensiasi produk kita dibandingkan dengan Competitor sehingga mengena ke target
market yang kita bidik, tentunya ini merupakan hal yang tidak mudah
tetapi mutlak harus dilakukan agar dapat tetap Eksis dan survive
dikondisi market serta kompetisi yang semakin ketat ini.
Mungkin kita tidak pernah menyangka bahwa bahwa awalnya Buku Harry
Potter yang di karang JK Rowling dikarang untuk pasar orang dewasa,
mungkin kita juga bisa melihat bahwa Marlboro yang dikenal sebagai
rokoknya lelaki macho padahal awalnya direncanakan untuk pasar wanita,
Hal serupa juga dialami oleh Yamaha Mio yang dalam iklannya jelas-jelas
ditujukan untuk para wanita akhir-akhir ini malah dimininati oleh
pria-pria yang ingin berkendaraan secara simple dan praktis.Dari hal
diatas perlu disadari bahwa pasar sebenarnya sangat misterius dan
tidaklah mudah untuk menebaknya masih untung jika kita nyasar ke segmen
pasar yang menguntungkan bagaimana jika sebaliknya?.
Karena itu kita perlu targeting yang tepat untuk membidik pasar secara tepat. Pada hakekatnya Targeting
adalah menentukan segmen-segmen pasar yang potensial baik itu bagi
perusahaan pada umumnya dan produk kita pada khususnya, sehingga dari
kasus diatas tidak sembarang segmen yang dapat kita bidik tetapi harus
disesuaikan dengan potensi sumber daya yang kita miliki, misalnya ,
dana , asset dan SDM yang kita miliki.
Selain
targeting kita juga perlu melakukan positioning, Menurut Kotler
Positioning diartikan sebagai tindakn merancang tawaran dan citra
perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (dibandingkan dengan
para Kompetitor) didalam benak pelanggan yang menjadi targetnya yang
tujuannya adalah menempatkan Brand dalam pikiran konsumen untuk
memaksimalkan potensi manfaat perusahaan, sehingga dengan menentukan
positioning brand yang baik membantu strategi marketing dalam hal
mengklarifikasi esensi merek , tujuan, yang hasil akhirnya adalah
penciptaan Proporsi nilai yang berfokus pada pelanggan.
Yang mana ketiga hal yang diatas “STP” (Segmentasi, Targeting dan Positioning), menurut Kottler merupakan Fundamental
pembangunan strategy Pemasaran,tetapi lebih dari itu dalam create
suatu Marketing Stategy perlu diperluas dan dikaji lagi apakah strategy
yang dibuat sudah menangkap nilai/Value yang diinginkan oleh
customer kita sehingga strategi yang kita jalankan benar-benar sesuai
dengan harapan customer yang menjadi target market kita.
Blue Ocean Strategy
BOS & Segmentasi,Targeting dan Positioning
Berkaitan dengan menangkap nilai atau value
terhadap pelanggan sejak akhir tahun 2004 sebenarnya telah dikenalkan
suatu konsep baru dalam strategy marketing yang melengkapi konsep STP
diatas yang diperkenalkan W. Chan Kim dan Renee Mauborgne dalam Harvard
Business Review yang disebut, Blue Ocean Strategy atau Strategi samudera Biru,
Apakah sebenarnya yang disebut dengan Strategi samudera biru , apa
Hubungan nya dengan STP bagaimanakah penerapannya? Sebagai landasan
berfikirnya dituliskan “Competing
in overcrowded industries is no way to sustain high performance. The
real opportunity is to create blue oceans of uncontested market space”,
Sehingga perlu dilakukan
pendekatan baru dalam menyikapi Ketatnya kompetisi dalam situasi Global
dan Nasional yang sermakin ketat ini yaitu :
1. Bagaimana menciptakan Ruang Pasar tanpa Pesaing? dan
2. Bagaimana membuat kompetisi menjadi Tidak Relevan?
Kasus Cirque du Soleil
Cirque
du soleil adalah salah satu pemain dalam Pasar industry Sirkus yang
didirikan tahun 1984 dimana Market industry ini sebenarnya tidak
menarik tetapi pada kenyataannya Cirque du Soleil mampu meningkatkan
pertumbuhannya dengan sangat pesat dalam waktu kurang dari 20
tahun,yang bagi Ringling Bros dan Barnum & Bailey yang saat itu
merupakan jawara global dalam industry sirkus perlu waktu lebih dari
100 tahun untuk mencapainya, Aspek yang dapat dicermati dan menarik
disini adalah bahwa keberhasilan Cirque du soleil tidak dengan cara
mengambil konsumen atau target market dari industri sirkus yang sudah mulai menyusut, yang secara tradisional Target Marketnya adalah anak-anak. Cirque du soleil tidak bersaing dengan Ringling Bros dan Barnum Bailey.
Sebaliknya ia menciptakan Blue Ocean dimana dia berhasil menciptakan
ruang pasar baru tanpa pesaing dan kompetisi tidak lagi menjadi
relevan. Key Sukses faktornya adalah dia merhasil melihat segmen pasar
baru dan berhasil membidik segmen pasar tersebut yaitu segmentasi
kelompok orang dewasa dan pelanggan korporat yang bersedia “Pay More”
beberapa kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan sirkus biasa demi
merasakan sensasi pengalaman hiburan yang tidak pernah ada sebelumnya.
Sebagai catatan salah satu produksi utama Cirque diberi Judul “We
Reinvent The Circus”.
Dalam kasus ini Cirque du Soleil dapat berhasil karena ia menyadari bahwa untuk ,memenangi kompetisi adalah “Berhenti berusaha memenangi kompetisi”.
Blue Ocean & Red Ocean
Untuk
lebih memahami apakah sebenarnya yang menjadi kunci keberhasilan
Cirque du Soleil maka coba bayangkanlah sebuah pasar yang terdiri dari
atas dua samudera :
1. Samudera Merah
2. Samudera biru
Samudera Biru,
menggambarkan sebuah ruang pasar yang belum terjelajahi, dimana
penciptaan permintaan permintaan dan peluang pertumbuhan yang sangat
menguntungkan. Meskipun sejumlah samudera biru benar-benar diciptakan
diluar industri yang sudah ada, tetapi pada kenyataannya kebanyakan di
buat dari dalam samudera merah dengan cara memperluas batasan-batasan
industri yang telah ada seperti yang dilakukan Cirque du Soleil yang
memandang lebih kreatif Segmen pasar yang sudah ada sehingga dilakukan
extensifikasi Market Segmen ke Orang dewasa dan korporat yang saat itu
belum tergarap.
Samudera merah
menggambarkan semua industri yang ada saat ini, yang merupakan ceruk
pasar yang sudah dikenal, dalam samudera merah , batasan-batasan dalam
industri telah di definisikan dan telah diterima serta aturan-aturan
persaingan telah diketahui.Disini masing-masing company berusaha untuk
mengalahkan lawan mereka demi mendapatkan pangsa pasar yang lebih
besar, ketika market menjadi semakin “crowded” ,dan dalam kondisi
seperti ini terjadi perang harga yang mengakibatkan berkurangnya profit
margin, Produk menjadi komoditas dan kompetisi habis-habisan ini
memgubah samudera merah menjadi samudera penuh darah.
Akan tetapi diluar fenomena Cirque du Soleil yang berpijak pada konsep Blue ocean strategy, tidak demikian halnya dengan kasus Mie sedaap & Indomie
Fenomena Blue Ocean Strategy
Jika
dilihat sejak peluncuran Mie sedap pada tahun 2003 Wings foods
langsung menantang sang market leader Indomie, dan hal ini tidak dapat
dipandang remeh oleh management indomie karena dalam jangka waktu +/- 2
tahun Mie sedaap berhasil menguasai market share +/- 15-20 % Padahal, Indofood The Market Leader adalah pemain yang sangat dominan dan
telah bertahan selama puluhan tahun di posisi ini. Bahkan, pada 2002
pangsa pasar perusahaan milik Salim ini di bisnis mie instan mencapai
90% dengan nilai sekitar Rp 8 triliun, tetapi Wings Foods mampu
merubah konfigurasi pasar ini, faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan ini diantaranya adalah strategy distribusi regional yang
diterapkan di Indonesia bagian timur yang lebih fokus ke akar rumput
(R3, Rombong/gerobak, warung) dan Di indonesia bagian barat untuk pasar
modern dan Grosir menengah (R1/R2), selain itu Timing yang pas juga
menjadi faktor penentu keberhasilan ini yaitu Wing Foods masuk ke Pasar
Noodles Industries saat monopoli terigu oleh Indofood yang menjadi
bahan baku utama industri Mie telah berakhir masa kejayaannya dan
selain itu banyaknya pemain diindustri ini yang berguguran.
Penerapan Blue Ocean Strategy Di Perusahaan Nasional
Teh Botol Sosro,Avanza dan Air Lines Industry di Indonesia
Teh Botol Sosro
Dalam
Majalah Swa Edisi oktober 2005 diberitakan Teh Botol Sosro meraih
penghargaan Life Time Innovation 2005. Berkat temuannya yang orisinil:
teh dalam botol, ia dinilai berhasil memberikan inovasi yang istimewa baik bagi korporat maupun lingkungannya.
Meskipun
awalnya harus bekerja keras, terutama meyakinkan konsumen ataupun
pedagang eceran, Sosro membuktikan bahwa ide orisinal yang mereka
lahirkan dapat diterima masyarakat luas dan memiliki nilai tinggi.
Bahkan kini, ia telah berkembang menjadi raksasa minuman dengan
taksiran aset (meliputi kebun, pabrik, hingga botol) lebih dari Rp 10
triliun. “Keberhasilannya memberi value kepada korporat dan lingkungannya, serta potensinya menjaga kelangsungan bisnisnya
Inovasi
yang dilahirkan Sosro sangat berbeda dengan inovasi yang dilahirkan
oleh beberapa perusahaan lain diindonesia, jika inovasi yang dilahirkan
perusahaan-perusahaan pada umumnya adalah menyangkut Produk,Proses,
atau managemen pemasaran yang sebenarnya mudah meniru dan ditiru lain halnya dengan sosro yang melahirkan Inovasi produk yang benar-benar orisinil Tidak
ada sebelumnya perusahaan yang memproduksi the dalam botol yang
kemudian di jual,namun sosro melakukannya, dan tidak hanya itu saja
tetapi dia juga mengembangkan sistem distribusi, bisnis pembotolan sampai perkebunan teh yang dia kuasai
Yang menjadi inovasi nilai yang berhasil diwujudkan bagi produk sosro.
Avanza & Xenia
Avanza dan Xenia merupakan salah satu contoh penerapan Blue Ocean strategy, Kita dapat melihat kreatifitas mereka saat mereka membentuk kategori sendiri, pada segmen pasar yang belum tergarap dan dijangkau oleh pemain industri Otomotif yang lain.
Bentuk
Inovasi yang Avanza/Xenia lakukan adalah dengan menggabungkan manfaat
mobil kecil (yang hemat BBM), mobil Korea(harga murah), mobil keluarga
(ruangan yang relatif luas), layanan purna jual yang baik (lewat
jaringan layanan purna jual Astra)
Tetapi
dalam membuat inovasi nilai ini Avanza dan Xenia terpaksa harus
mengorbankan Beberapa manfaat yang lain seperti kualitas dan kuantitas
interior,serta dari aspek design terlihat design model menjadi Agak
kaku namun dalam hal ini stressing point yang ingin dicapai oleh Avanza
dan Xenia ini adalah manfaat yang paling dibutuhkan dan diinginkan
oleh Customernya sebagai contoh “Price” dan “After Sales Servicenya”.
Air Lines Industry di Indonesia
Saat
membahas tentang konsep Blue Ocean Strategy untuk industri penerbangan
mungkin tidak akan mengena jika kita tidak terlebih dahulu membahas
tentang konsep Low End LCC yang dibangun oleh Lion Air.
Seperti tercantum di Tag
Line nya “We make people Fly” terlihat bahwa targeting lion air adalah
Low End Customer,secara konsep sebenarnya sederhana karena meniru
South west, yaitu di satu sisi menambah dan mempertahankan standard
customer value berupa, ketepatan waktu, jumlah penerbangan, dan
keamanan dan di satu sisi yang lain memangkas customer value yang tidak
perlu yang disesuaikan dengan target marketnya seperti makanan, In Flight entertainment
serta layanan lain yang ada di service Air lines, pemangkasan itu
memang disengaja dengan tujuan penurunan cost karena customer yang
menjadi target
market mereka memang tidak menganggap value yang dihilangkan itu
penting . Value innovation yang diperkenalkan Lion Air ini rupanya
sukses luar biasa sehingga, tak heran kalau kemudian banyak yang
menirunyanya, namun sangat di sayangkan dalam perjalanannya pasca
langkah breakthrough itu dunia penerbangan kita tidak berkembang
seperti yang diharapkan dan mulai kehilangan inovasi dan kreatifitas,
padahal kalau
dilihat dari aspek potensi , market Low Segmen kita sangat besar
sehingga walau jumlah value nya kecil tapi menarik (Dengan Volume
Market yang besar), sehingga diharapkan ada pemain-pemain baru yang
inovatif yang dapat memenuhi demand pasar penerbangan Indonesia yang
begitu besar untuk segmen ini.
Landasan fundamental BOS
Value Inovation
Dari
3 kasus Blue Ocean strategy diatas terlihat bahwa keberhasilan mereka
merebut pangsa pasar adalah dengan membuat suatu “Value Inovation” yang
kreatif yang diintegrasikan dalam Penerapan Strategi
Segmentasi,Targeting dan Positioningnya.
Sehingga
hal yang membedakan antara antara Winner dan Looser dalam menciptakan
samudera biru adalah pendekatan mereka atas strategi, Para creator
Strategi Samudera Biru tidak menggunakan kompetisi sebagai landasan
pijakan mereka sebaliknya mereka mengikuti logika strategis yang berbeda
yang disebut “Inovasi Nilai/Value Inovation”,dalam inovasi nilai ini
diberikan penekanan yang setara antara Inovasi dan NIlai, Nilai tanpa
inovasi cenderung berfokus pada Penciptaan Nilai dalam skala
besar,sesuatu iyang meningkatkan nilai tetapi tidak memadai untuk
membuat kita unggul secara menonjol di pasar, Inovasi tanpa nilai
cenderung mengandalkan teknologi, pelopor pasar, atau futuristis dan
sering meleset dalam Targeting karena pasar belum siap menerima atau
mengkonsumsi inovasi tersebut.
Canvass Strategy
How to Create Canvass strategy
Untuk dapat menciptakan/menemukan suatu value inovation dalam bisnis kita kita harus menangkap dan Membandingkan
dengan competitor di industri kita mengenai Titik persaingan dalam
industri, elemen- elemen yang belum ditawarkan dan yang sudah ditawarkan
dalam industry sehingga akhirnya tercipta Value Inovation, dan untuk
dapat memetakan hal-hal tersebut diatas maka digunakan Strategy
Canvass.
Kanvas
strategi adalah kerangka aksi sekaligus diagnosis untuk membuat
samudera biru yang baik yang fungsinya adalah untuk merangkum situasi
terkini dalam ruang pasar yang sudah dikenal. (Lihat Appendix 1)
(Canvass strategy)
Lalu
timbul pertanyaan bagaimanakah menciptakan Inovasi nilai dalam
strategy kita?, Inovasi nilai diciptakan dalam wilayah dimana tindakan
perusahaan secara positif mempengaruhi struktur biaya dan tawaran nilai
bagi pembeli. Penghematan biaya dilakukan dengan :
- Menghilangkan dan mengurangi faktor-faktor yang menjadi titik persaingan dalam industri.
- Nilai pembeli ditingkatkan dengan menambah dan menciptakan elemen-elemen yang belum ditawarkan industri (Lihat gambar diatas).
Dalam
perjalanannya , biaya berkurang lebih jauh ketika ekonomi skala
bekerja setelah terjadi volume penjualan tinggi akibat nilai unggul
yang diciptakan.
Dari hasil strategi kanvas perlu dilakukan aktivitas yang dibuat berdasarkan kerangka kerja 4 langkah :
- Faktor apa saja yang harus dihapuskan dari factor-faktor yang telah diterima begitu saja oleh industri?
- Faktor apa saja yang harus dikurangi hingga dibawah standar industri?
- Faktor apa saja yang harus ditingkatkan hingga diatas standar industri?
- Faktor apa saja yang belum pernah ditawarkan industry sehingga harus diciptakan?
Dari hasil menjawab pertanyaan itulah maka Value Inovation tercipta dan muncullah samudera biru.
Konklusi
- Blue Ocean Strategy adalah Suatu strategy bisnis tentang bagaimana menguasai ruang pasar yang tidak diperebutkan .
- Saat kita berhasil menciptakan ruang pasar baru maka persaingan menjadi tidak lagi relevan yang jika dikaitkan dengan Segmentasi dan targeting maka kita berhasil membidik pasar dari segmen baru yang belum tergarap oleh siapapun (Cirque du Soleil,Teh Botol sosro, Avanza & Xenia)
- Pada kondisi ini kita memonopoly pasar tersebut
- Kebalikan dari Blue Ocean adalah Red Ocean dimana kondisi pasar terjadi kompetisi yang sangat ketat dan terjadi Price war yang digambarkan market menjadi berdarah-darah, dan terjadi saling bunuh, tikam-tikaman, sehingga market yang diistilahkan sebagai samudera berwarna Merah Misal antara Mie Sedaap Wings Food dengan Indo Mie dari Indofood yang menyebabkan Blue Ocean merupakan solusi untuk keluar dari situasi Red Ocean
- Sebagai landasan untuk Create Blue Ocean adalah Company harus melakukan Value Inovation karena tidak selamanya value yang telah kita terapkan akan selalu langgeng, hal ini disebabkan karena adanya competitor yang dapat meniru nilai yang kita bangun seperti yang terjadi pada Air Line Industry (Lion Air), sehingga hal ini akan membawa samudera biru ke Samudera merah
- Value Inovation (Inovasi Nilai) diciptakan melalui Penghematan biaya dan Menciptakan Elemen-elemen yang belum ditawarkan oleh industri dengan menggunakan tool Kanvas Strategi
What should We Do?
Dari
issue situasi global dan nasional tentang krisis financial yang
terjadi dalam bulan-bulan terakhir ini maka para Pemain pasar harus
menyikapinya secara lebih kreatif terutama dalam hal melakukan
penguasaan pangsa pasar yang semakin menyusut karena turunnya daya beli
dan pasar yang semakin padat dengan kompetisi yang ketat dimana “Price
War” tidak terhindarkan seperti yang terjadi di industry selular di
Indonesia (Telkomsel,Satelindo,Xl, Esia, dll) maka Company dapat menggunakan Blue ocean Strategy sebagai strategy pilihan untuk menghadapi situasi krisis ini.
Dengan CHALLENGE bahwa company harus terus menerus melakukan dan menciptakan Value Inovation (inovasi nilai), sehingga Company tetap dapat mengarungi Samudera Biru.
6). Merencanakan Ekonomi dan Keuangan cara Robert T.Kiyosaki
Pada tahun 1989 mereka sudah menjadi jutawan. Meskipun tampak berhasil secara finansial di mata orang-orang, saat itu mereka tetap belum mencapai impian mereka. Mereka belum meraih kebebasan finansial yang sejati. Masih diperlukan waktu sampai tahun 1994. Saat itulah mereka sudah tidak perlu lagi bekerja seumur hidup mereka. Mereka berdua sudah memperoleh kebebasan finansial. Robert berumur 47, Kim 37.
Sering sekali kita mendengar orang berkata, “Dibutuhkan uang untuk menghasilkan uang.”
Robert tidak sependapat. Dari kondisi tuna wisma di tahun 1985 hingga menjadi jutawan di tahun 1989 dan kemudian mencapai kebebasan finansial di tahun 1994, mereka tidak membutuhkan uang. Mereka tidak mempunyai uang ketika memulainya, bahkan mereka memiliki utang.
Juga tidak dibutuhkan pendidikan formal yang tinggi. Robert punya ijazah perguruan tinggi, dan sejujurnya ia mengatakan bahwa mencapai kebebasan finansial tidak ada hubungannya dengan apa yang dipelajari di perguruan tinggi. Banyak orang sukses meninggalkan bangku sekolah tanpa memperoleh ijazah perguruan tinggi. Orang-orang seperti Thomas Edison, pendiri General Electric; Henry Ford, pendiri Ford Motor Co.; Bill Gates, pendiri Microsoft; Ted Turner, pendiri CNN; Michael Dell, pendiri Dell Computers; Steve Jobs, pendiri Apple Computer; dan Ralp Lauren, pendiri Polo. Pendidikan perguruan tinggi penting untuk profesi tradisional, tapi “tidak” bagi cara orang-orang ini mendapatkan kekayaan besar. Mereka mengembangkan bisnis mereka sendiri yang berhasil. Dan itulah yang dulu diupayakan Robert dan Kim dengan susah payah.
Jadi, apa yang dibutuhkan?
Mind Your Business with Financial Intelligence
Apakah Anda selama ini bekerja keras dan membuat orang lain kaya? Sejak kecil kebanyakan orang diprogram untuk mengurus bisnis orang lain dan membuat orang lain kaya. Hal ini diawali tanpa sadar dengan kata-kata nasihat sebagai berikut:
1. “Kau harus bersekolah dan mendapat nilai bagus supaya bisa mempunyai pekerjaan yang aman dan menjamin dengan gaji tinggi serta tunjangan yang bagus.”
2. “Kau harus bekerja keras supaya bisa membeli rumah impianmu, karena rumahmu adalah aset dan investasimu yang paling berharga.”
3. “Hipotek menguntungkan kita karena pemerintah memberikan pemotongan pajak untuk pembayaran bunganya.”
4. “Beli sekarang, bayar belakangan,” atau “Uang muka kecil, angsuran bulanan ringan,” atau “Silakan masuk dan menabung.”
Orang yang begitu saja mengikuti kata-kata nasihat itu sering menjadi:
1. Pegawai, membuat atasan dan pemilik perusahaan kaya.
2. Debitor, membuat bank dan kreditor kaya.
3. Pembayar pajak, membuat pemerintah kaya.
4. Konsumen, membuat banyak bisnis lain kaya.
Bukannya mencari jalur cepat finansial mereka sendiri, mereka membantu orang lain menemukan jalur cepat finansial mereka. Bukannya mengurus bisnis mereka sendiri, mereka bekerja keras seumur hidup mengurus bisnis orang lain.
CASHFLOW Quadrant
Menurut Robert Kiyosaki dalam bukunya “CASHFLOW Quadrant”, ada empat kuadran yang mungkin menjadi sumber penghasilan seseorang.
Diagram ini adalah CASHFLOW Quadrant.
Huruf dalam masing-masing kuadran mewakili:
E untuk employee (pegawai)
S untuk self-employed (pekerja lepas)
B untuk business owner (pemilik usaha)
I untuk investor (penanam modal).
CASHFLOW Quadrant mewakili berbagai metode yang berlainan untuk mendapatkan uang atau penghasilan. Sebagai contoh, seorang “E” mendapat uang dengan bekerja untuk orang lain atau perusahaan. Orang-orang “S” mendapat uang dengan bekerja untuk diri sendiri. Seorang “B” memiliki usaha yang menghasilkan uang, dan “I” mendapatkan uangnya dari berbagai investasi mereka – dengan kata lain, uang menghasilkan uang yang lebih banyak.
Seorang “E” (pegawai) bisa merupakan presiden direktur perusahaan atau tukang sapu perusahaan. Yang terpenting bukanlah apa yang mereka lakukan, tapi perjanjian mengikat yang mereka miliki dengan orang atau organisasi yang mempekerjakan mereka.
Dalam kelompok “S” (pekerja lepas) kita menemukan “profesional” berpendidikan tinggi yang menghabiskan waktu bertahun-tahun di bangku sekolah, seperti misalnya dokter, pengacara, dan akuntan. Juga dalam kelompok ini terdapat orang-orang yang mengambil jalur pendidikan di luar, atau di samping, aliran tradisional. Kelompok ini meliputi wiraniaga dan pemilik bisnis kecil seperti pemilik toko eceran, pemilik restoran, kontraktor, konsultan, ahli terapi, agen perjalanan, montir mobil, tukang ledeng, tukang kayu, pengkhotbah, tukang listrik, penata rambut, dan artis.
Seorang “B” nyaris merupakan lawan dari “S”. Mereka senang mengitari diri mereka dengan orang-orang pandai dari keempat kategori. Tidak seperti “S” yang tak suka mendelegasikan pekerjaan (karena menganggap tidak ada yang bisa melakukannya dengan lebih baik), seorang “B” sejati suka mendelegasikan pekerjaan.
Perbedaan utama antara “S” dan “B” adalah, seorang “S” memiliki sebuah pekerjaan sedangkan seorang “B” memiliki sebuah sistem dan kemudian menyewa orang-orang yang berkompeten untuk menjalankan sistem itu. Atau dengan cara lain bisa dikatakan, dalam banyak kasus “S” adalah sistemnya. Itu sebabnya mereka tidak bisa pergi meninggalkan bisnisnya untuk waktu yang lama.
Sebaliknya, mereka yang merupakan “B” sejati bisa meninggalkan usaha mereka selama satu tahun atau lebih, dan pada saat kembali menemukan bisnis mereka lebih menguntungkan serta berjalan lebih baik dibanding ketika mereka tinggalkan. Dalam bisnis jenis “S” murni, jika sang “S” pergi selama satu tahun atau lebih, kemungkinan besar takkan ada bisnis yang tersisa ketika mereka kembali.
Pemilik bisnis “B” bisa berlibur selamanya karena mereka memiliki sebuah sistem, bukan sebuah pekerjaan. Jika “B” sedang berlibur, uangnya masih mengalir masuk. Sangat banyak orang yang bisa membuat burger lebih enak dari McDonald’s, tapi hanya McDonald’s yang mempunyai sistem yang telah menyajikan miliaran burger. Bill Gates dari Microsoft tidak membuat produk hebat. Ia membeli produk orang lain dan membangun sistem global yang canggih di sekitarnya.
“I” (investor) membuat uang dengan uang. Mereka tak perlu bekerja karena uang mereka bekerja untuk mereka. Kuadran “I” adalah arena bermain golongan kaya. Di kuadran manapun orang menghasilkan uang, jika berharap suatu hari akan kaya, mereka pada akhirnya harus memasuki kuadran “I”. Di dalam kuadran “I” inilah uang diubah menjadi kekayaan.
Itulah CASHFLOW Quadrant, yang sebenarnya hanya memaparkan perbedaan tentang cara memproleh penghasilan, entah itu sebagai “E” (pegawai), “S” (pekerja lepas), “B” (pemilik usaha), atau “I” (penanam modal).
Perbedaan pokok keempat kuadran itu terangkum di bawah ini:
E : Anda adalah pegawai yang bekerja untuk orang lain atau perusahaan.
S : Anda memiliki pekerjaan dan Anda terikat dengan pekerjaan itu.
B : Anda memiliki sistem dan orang lain bekerja untuk Anda.
I : Uang bekerja untuk Anda.
MEMILIH KUADRAN ANDA
Sebagian besar dari kita pernah mendengar bahwa rahasia memperoleh kekayaan besar adalah:
1. OPT – Other People’s Time (Waktu Orang Lain).
2. OPM – Other People’s Money (Uang Orang Lain).
OPT dan OPM ditemukan di sisi kanan Quadrant. Kebanyakan orang yang bekerja di sisi kiri Quadrant adalah OP (Other People) yang waktu dan uangnya dipergunakan oleh mereka yang berada di sisi kanan Quadrant. Di sisi kiri, para “E” dan “S” mungkin memiliki keamanan pekerjaan. Tapi, hanya dengan menjadi “B” atau “I” di sisi kanan Quadrant-lah Anda akan meraih keamanan dan kemudian kebebasan finansial.
Dengan memilih bisnis jenis “B”, bukannya bisnis jenis “S”, Anda akan memperoleh keuntungan jangka panjang menggunakan “waktu orang lain”. Salah satu kelemahan menjadi “S” yang berhasil adalah: keberhasilan itu berarti harus bekerja lebih keras. Dengan kata lain, pekerjaan yang bagus menghasilkan kerja yang lebih keras dan jam kerja yang lebih panjang.
Dalam merancang bisnis di sisi kanan Quadrant, sukses berarti meningkatkan sistem dan melibatkan lebih banyak orang. Dengan kata lain, kita bekerja lebih sedikit, menghasilkan uang lebih banyak, dan menikmati lebih banyak waktu luang.
Di seluruh Quadrant dibutuhkan kecerdasan finansial. Jika ingin beroperasi di sisi kanan Quadrant, yaitu sisi “B” dan “I”, Anda harus lebih pandai daripada jika memilih diam di sisi kiri Quadrant sebagai “E” dan “S”. Untuk menjadi “B” atau “I”, Anda harus bisa mengendalikan ke arah mana cash flow Anda mengalir.
KEKAYAAN DAN CASH FLOW
Robert Kiyosaki mendefinisikan kekayaan sebagai: “Jumlah hari di mana Anda bisa bertahan tanpa bekerja secara fisik (atau tanpa siapa pun dalam keluarga Anda bekerja secara fisik) dan tetap mempertahankan tingkat kehidupan Anda.”
Sebagai contoh: Jika pengeluaran Anda adalah Rp. 1.000.000,- per bulan, dan jika Anda memiliki tabungan sebesar Rp. 3.000.000,- maka kekayaan Anda adalah sekitar 3 bulan atau 90 hari. Kekayaan diukur dalam satuan waktu, bukan uang.
Jadi, yang penting bukanlah terutama tentang berapa banyak uang yang Anda hasilkan, tapi lebih mengenai berapa banyak uang yang Anda simpan, seberapa keras uang itu bekerja untuk Anda, dan berapa banyak generasi yang bisa Anda hidupi dengan uang itu. Itulah yang disebut kecerdasan finansial.
Beberapa tahun lalu, sebuah artikel menuliskan bahwa sebagian besar orang kaya menerima 70% penghasilan mereka dari investasi, atau dari kuadran “I”, dan kurang dari 30%-nya dari gaji, atau dari kuadran “E”. Dan jika bekerja sebagai “E”, maka kemungkinan besar mereka adalah pegawai perusahaan mereka sendiri.
Bagi kebanyakan orang lain, yaitu golongan miskin dan kelas menengah, setidaknya 80% penghasilan mereka berasal dari gaji di kuadran “E” atau “S” dan kurang dari 20% berasal dari investasi, atau dari kuadran “I”.
Banyak orang percaya bahwa hanya dengan menghasilkan lebih banyak uang, masalah finansial mereka akan selesai. Tapi, dalam banyak kasus, hal ini malah hanya menimbulkan masalah keuangan yang lebih besar. Alasan utama orang mempunyai masalah keuangan adalah karena mereka tidak pernah mendapat pelajaran tentang pengelolaan cash flow. Tanpa latihan ini mereka akhirnya mendapat masalah keuangan, lalu mereka bekerja lebih keras dengan keyakinan bahwa lebih banyak uang akan memecahkan masalah mereka.
Jadi, jika Anda ingin mengurus bisnis Anda sendiri, langkah berikut sebagai CEO bisnis hidup Anda adalah mengendalikan cash flow Anda. Jika Anda tidak melakukannya, menghasilkan lebih banyak uang takkan membuat Anda bertambah kaya… bahkan, lebih banyak uang membuat sebagian besar orang semakin miskin karena mereka sering pergi membelanjakannya dan semakin dalam terbenam utang setiap kali mendapat kenaikan gaji.
Seperti dinyatakan oleh Robert Kiyosaki dalam bukunya “Rich Dad Poor Dad,” ada tiga pola cash flow dasar. Satu untuk kelompok miskin, satu untuk kelompok kelas menengah, dan satu untuk kelompok kaya.
Inilah pola cash flow untuk kelompok miskin:
Dan ini adalah pola cash flow kelas menengah:
Pola cash flow ini dianggap “normal” dan “inteligent” oleh masyarakat kita. Karena orang-orang yang mempunyai pola ini kemungkinan memiliki pekerjaan dengan bayaran tinggi, rumah bagus, mobil, dan kartu kredit.
Inilah yang disebut “impian kelas pekerja.”
Mempunyai pola cash flow kelas menengah memang normal di Era Industri, tapi hal itu bisa berbahaya di Era Informasi. Seiring dengan berkembangnya kecerdasan finansial, banyak orang yang mulai menyadari kesulitan finansial yang sedang mereka alami, meskipun masyarakat menganggap mereka “normal secara finansial.”
Ketika pemahaman itu timbul, Anda harus mulai berpikir seperti orang kaya dan bukannya seperti pekerja keras kelas menengah. Dengan mengubah pola berpikir Anda seperti pola berpikir kelompok kaya, Anda akan mulai mencari pola cash flow seperti ini:
Inilah pola pemikiran mental yang diajarkan oleh Robert Kiyosaki.
Ia tidak menyarankan Anda menjadi kecanduan pekerjaan dengan bayaran tinggi, tapi agar Anda mengembangkan pola pemikiran yang hanya terpusat pada aset dan pemasukan dalam bentuk capital gain, deviden, pemasukan uang sewa, pemasukan residual bisnis, dan royalti atau passive income.
Bagi Anda yang ingin berhasil di Era Informasi, semakin cepat mulai mengembangkan kecerdasan finansial serta emosional untuk berpikir dalam pola ini, semakin cepat Anda akan merasa lebih aman secara finansial dan menemukan kebebasan finansial. Dalam dunia di mana terdapat semakin sedikit keamanan pekerjaan, pola cash flow ini terasa lebih masuk akal. Dan untuk mencapai pola ini Anda perlu melihat dunia dari sisi “B” dan “I”, tidak hanya dari kuadran “E” dan “S” saja.
Di Era Informasi, gagasan kerja keras tidak mempunya arti yang sama dengan Era Agraria dan Era Industri. Di Era Informasi, orang yang bekerja fisik paling keras akan dibayar paling sedikit. Jadi, ungkapan “pakai otak, jangan pakai otot” maksudnya: bukan memakai otak di kuadran “E” dan “S”. Yang dimaksud adalah memakai otak di kuadran “B” dan “I”. Itulah pola berpikir Era Informasi, yang membuat kecerdasan finansial dan emosional sangat penting saat ini seperti halnya di masa depan.
+ komentar + 1 komentar
Agen Judi Terpercaya Sportsbook !
Menyediakan Pasaran Sbobet - Maxbet - Cbet Terlengkap
Bonus New Member 10% / Bonus Cashback 5% - 10%
Minimal Deposit IDR 50.000,- Raih Kemenangan Anda Sekarang Juga 100% Tanpa Bot
Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website www. bolavita .vip
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BOLAVITA
WA: +628122222995
Posting Komentar